Thursday, June 12, 2014

SIGNIFIKANSI PERKEMBANGAN ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK BAGI PERKEMBANGAN ASPEK-ASPEK LAINNYA

Bloom (1956) menyatakan aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Mahfudin Shalahudin (1989) menyatakan “aspek kognitif adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir”. Menurut Chaplin (1981) menyatakan kognitif berarti proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan, kemampuan mental dan intelegensi.
Ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang perlu dikembangkan, yaitu:
1)      Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2)      Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
Tanpa pengembangan tersebut, siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

1.      Pengaruh Perkembangan Ranah Kognitif terhadap Perkembangan Ranah Afektif
Perkembangan ranah kognitif akan menghasilkan kecakapan kognitif dan kecakapan ranah afektif. Contohnya, seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya, ini akan berdampak positif juga terhadap ranah afektif pada siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta prefensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kognitif ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.
Selanjutnya, para siswa juga memiliki sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai contohnya, apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat sesuatu yang dilarang dalam agama, seperti mabuk, seks bebas, dan sebagainya, ia tentunya bakan menolak bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upayanya.

2.      Pengaruh Perkembangan Ranah Kognitif terhadap Perkembangan Ranah Psikomotor
Pengembangan ranah kognitif juga berdampak pada perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam.
Contohnya, siswa yang mempunyai prestasi baik dalam bidang agama misalnya, sudah tentu dia akan lebih rajin beribadah, shalat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang membutuhkan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).
Dapat disimpulkan, bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah psikologis lainnya.

REFERENSI
Anas,Sudijoono.2011.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:PT Raja grafindo Persada

Syah, Muhibbin.2010. Psikologi Pendidikan.Cetakan ke-15. Bandung: Rosda

No comments:

Post a Comment