Thursday, February 20, 2014

Karakteristik Proses Perkembangan

1.      KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK SEBELUM REMAJA
A.    MASA PERKEMBANGAN DALAM KANDUNGAN
·         TUMBUH KEMBANG JANIN
a.       Tahap Perkembangan Janin
1.      Tahap Pre-Embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
2.      Masa embrionik
Masa embironik berlangsung dari perkembangan minggu ke empat hingga minggu ke delapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem organ dari masing-masing lapisan magidah. Sebagai akibat pembentukan organ, maka ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas terlihat.
3.      Tahap fetus
Di mulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai fetus. Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedepalapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini ialah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajahm kedua tangan, dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, ke semua organnya telah tampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

4.      Masa ovulasi
Pada wanita, ovariumnya memiliki ribuan sel telur. Namun selama masa reproduksi sel telur yang tersisa hanya 400 saja. Proses pengeluaran ovum ini simulai sejak masa pubertas. Setiap bulan, sebuah sel telur dikeluarkan melalui dinding luar ovarium. Proses ini disebut masa ovulasi. Sel telur akan ditangkap oleh tuba falopi dan akan menuju rahim. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus menstruasi atau sekitar 14 hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Usia kehamilan dihitung berdasarkan rumus Naegele yaitu hari pertama kehamilan sama dengan hari pertama haid terakhir.
b.      Masa perkembangan Janin
Perkembangan janin dimulai dari awal bulan ketiga hingga akhir kehidupan rahim janin dikenal sebagai masa janin. Panjang janin biasanya disebutkan sebagai panjang puncak kepala bokong (PBB) sebagai panjang puncak kepala tumit (PPT), ukuran dari vertex kepala ke tumit (tinggi berdiri) ukuran dinyatakan dalam cm, kemudian dihubungkan dengan unur janin yang dinyatakan dalam minggu/ bulan.
Salah satu perubahan paling mencolok selama masa janin ialah pembentukan kepala relatif lambat dibandingkan bagian tubuh lainnya. Pada permulaan bulan ketiga kira-kira setengah dari PBB. Menjelang permulaan bulan kelima ukuran kepala kira-kira sepertiga PPT.
Selama bulan ketiga wajah semakin menyerupai manusia. Mata yang mulai menghadap ke lateral, menjadi terletak di permukaan ventral wajah dan telinga mendekati letak definitnya di samping kepala. Pusat-pusat asifikasi primer terdapat dari tulang-tulang panjang dan tulang-tukang tengkorak pada minggu ke-12, selain itu alat kelamin luar berkembang sedemikian rupa sehingga jenis kelamin dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar (USG). Pada minggu keenam, gelung-gelung usus menimbulakn benjolan besar dalam tali pusat, tetapi apda minggu ke-11 gelung-gelung ini kembali masuk ke rongga mulut. Pada akhir bulan ketiga kegiatan otot, karena gerakan ini sedemikian kecil sehingga tidak dapat dirasakan oleh ibunya.
Pada bulan keempat, kelima, PBB-nya kira-kira 15 cm, yaitu kira-kira setengah dari total panjang bayi baru lahir, akantetapi berat badan janin hanya sedikit bertambah pada masa ini menjelang akhir bulan kelima masing-masing kurang dari 500 gram.
Janin dibungkus oleh rambut-rambut halus (rambut lanugo) alis mata dan rambut kepala juga dapat dilihat, apda bulan kelima gerakan janin biasanya jelas dapat dirasakan oleh ibunya.
Selama paruh kedua kehidupan dalam rahim, berat badan dangat bertambah khususnya selama dua bula terakhir. Pertumbuhan meliputi 50% dari berat cukup bulan (kira-kira 3.200 g). Pada bulan keenam, kulit janin kemerahan dan tampak keriput, karena tidak ada jaringan ikat di bawah kulit. Janin yang dilahirkan pada bulan keenam atau paruh pertama bulan ketujuh sukar untuk hidup.
Selama dua bulan terakhir, janin memperoleh kontuk yang bulat karena adanya enadapan lemak di bawah kulit. Menjelang kehidupan dalam rahim kulit, dibungkus zat lemak keputih-putihan, terbentuk dari produk-produk sekresi kelenjar sobum. Ketika janin berusia 28 minggu, ia dapat hidup meskipun susah payah.
Pada akhir bulan kesembilan kepala telah mendapat ukuran-ukuran lingkaran terbesar pada smeua bagian tubuh. Pada saat berakhir, berat badan janin 3.000-3400 gram. PBB-nya kira-kira 36 ons, dan PPT kira-kira 50 cm, ciri-cirinya jelas, dan testis seharusnya telah ada dalam skrotum.

B.     PERKEMBANGAN MASA BAYI
Aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi:
1.      Fisik
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati, pada enam bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi. Selama tahun kedua terjadi penurunan. Selain itu, yang berkembang ialah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa.

2.      Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang berarti bagi dirinya. Mulai merasakan sentuhan oleh orang-orang tertentu. Menurut Piaget, anak hingga umur kurang lebih 2 tahun belum tampak adanya mediasi adlam arti ‘aktivitas pikir yang intern’. Semua tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima secara sensori dan sutau reaksi yang motorik saja. Oleh karena itu, Piaget membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu sensori motor (sejak lahir sampai dua tahun) dan tahap konseptual (usia dua tahun sampai dewasa)
3.      Motorik
Perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak dikoordinasi. Namun lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini terlihat pada merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda. Perkembangan motorik terlihat adanya arah.
4.      Perkembangan bicara
Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat mengerti apa yang dikatakan tanpa dapat bereaksi dnegan kata hanya dengan ekspresi dan gerakan. Oleh karena itu, mimik dan ekspresi bayi juga dapat dimengerti setelah usia tiga bulan. Menurut Terman dan Merril, rata-rata bayi dapat beraksi terhadap perintah-perintah pada usia kurang lebih dua tahun. Rata-rata bayi belajar menyampaikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pada usia tahun0tahun pertama yang disebut dengan komunikasi prabicara. Bentuk-bentuk prabicara ini antara lain: menangis, bercelotek, isyarat, dan ungakapn-ungkapan emosi.
5.      Perkembangan emosi
Pada bayi terdapat emosi tertentu yang bersifat umum seperti kemarahan (menjerit, meronta, menendang, mengibaskan tangan, memukul), ketakutan (takut terhadap ruang gelap, tempat tinggi, dan binatang), rasa ingin tahu tentang mainan baru, menjulurkan lidah, membuka mulut, memegang, melempar, membolak-balik), kegembiraan (tersenyum, tertawa, menggerakkan lengan serta kakinya), afeksi (memeluk mainan kesayangannya, mencium barang-barang kesayangannya).
6.      Perkembangan kognitif
Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti dengan benda dan orang-orang. Piaget menamakan tahap perkembangan ini tahap “sensomotorik” dalam perkembangan konsep. Pada akhir masa perkembangan ini bayi mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan “siapa, apa dan dimana”.
7.      Perkembangan moral
Bayi belum memiliki nilai dan suara hati. Lambat laun bayi mempelajari kode moral dari orangtuanya dan orang-orang yang dekat dengannya. Bayi menilai benar atau salah suatu perbuatan berdasarkan kesakitan atau kesenangan yang dirasakannya.

C.    PERKEMBANGAN MASA AWAL ANAK-ANAK
1.      Perkembangan fisik
Perkembangan-perkembangan dimana keterampilan motorik kasar dan motorik halus sangat berkembang pesat. Perkembangan fisik yang terjadi berawal dari perubahan tinggi dan berat yang bertambah, perubahan otak terjadi karena pertambahan saraf-saraf otak, perkembangan motorik, perkembangan kemampuan anak yang trejadi dari anak mulai dapat berjalan sampai berlari tanpa jatuh, dan kemampuan anak dari membuat lingkaran hingga menyusun kotak-kotak dengan kompleks.
2.      Perkembangan kognitif
Perkembangan memori atau cara berfikir anak dan kemampuan anak dalam merespon. Perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap proses berpikir anak dan penyikapan anak terhadap suatu hal. Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambahnya koordinasi dan pengendalian motorik, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif.
Perkembangan kognitif menurut Piaget bahwa pada masa awal anak-anak dinamakan tahap pra-operasional yang berlangsung dari usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentris mulai kuat dan kemudian mulai melemah, serta trebentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Dalam istilah pra-operasional menunjukkan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional” menunjukkan pada aktifikas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa pengalaman yang dialaminya.
3.      Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi merupakan suatu kemampuan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan belajar dan motoris. Ada dua kelompok dalam emosi yaitu:
1)      Emosi sensoris, yaitu ditimbulkan oleh ranngsangan dari luar terhadap tubuh.
2)      Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan.
4.      Perkembangan Psikososial
Kemampuan untuk beradaptasi terhadap orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap cara anak bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.

D.    PERKEMBANGAN AKHIR ANAK-ANAK
Periode ini dimulai sejak anak-anak berusia enam sampai seksualnya matang. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antara jenis kelamin maupun antarbudaya yang berbeda.  Anak-anak sudah lebih menjadi mandiri. Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan dan selalu ingin bertanya dan memahami.
Perkembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kognitifnya. Hal ini membentuk persepsi anak mengenal dirinya sendiri, dalam kompetensi sosialnya, dalam peran jenis kelaminnya, dan dalam menegakkan pendapatnya mengenai apa yang benar dan yang salah.
Perkembangan sosial anak mulai meningkat yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman  mereka mengetahui kebutuhan ketentuan maupun peraturan-peraturan. Selain itu hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya, dan sekolah sangat mewarnai perkembangan sosialnya.

2.      KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA DAN DEWASA
A.    PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa.
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
A.    Perkembangan Fisik
Perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik (Papalia dan Olds,2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif. (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001)
B.     Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptadi secara boilogis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja uga menghubungkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia dan Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal. Pada tahap ini, remaja juga telah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka telah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja telah mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,2001)
C.     Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erickson dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orangtua (Conger,1991;Papalia dan Olds,2001). Remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakulikuler, dan bermain dengan teman.

B.     MASA DEWASA
Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun hingga kira-kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.
Menurut Dr. Harold Shyrock dari Amerika ada lima faktor yang dapat menunjukkan kedewasaan yaitu:
1.      Fisik
Secara fisik, usia, rangka tubuh, tinggi, dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat kedewasaan pada diri sesseorang. Fakor ini memang bisa digunakan sebagai ukuran kedewasaan. Akan tetapi, segi fisik saja belum dapat menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa. Sebab banyak orang yang telah cukup usia dan kelihatan dewasa akan tetapi ternyata dia masih sering memperlihatkan sifat kekanak-kanakannya. Oleh sebab itu, dalam menentukan tingkat kedewasaan seseorang dari segi fisiknya harus pula dengan mengetahui : Apakah dia dapat menentukan sendiri setiap persoalan yang dia hadapi, dan apakah ia telah dapat membedakan baik buruknya serta manfaat dan ruginya sebuah permasalahan hidup. Selain itu, juga adanya kepercayaan pada diri sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat naik pitan dan marah, serta tidak menggerutu di saat menderita dan menerima cobaan dari Tuhan, sehingga nantinya ia dapat dilihat bagaimana tingkat kedewasaan seseorang tersebut dalam mengatasi semua persoalan hidup yang dia alami.
2.      Kemampuan mental
Dari segi mental atau rohani, kedewasaan seseorang dapat dilihat. Orang telah dewasa dalam cara berpikir dan tindakannya berbeda dengan orang yang masih kekanak-kanakan sifatnya. Dapat berpikir secara logis, pandai mempertimbangkan segala sesuatudengan adil, terbuka, dan dapat menilai semua pengalaman hidup merupakan salah satu ciri-ciri kedewasaan pada diri seseorang.
3.      Pertumbuhan Sosial
Sifat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari pertumbuhan sosialnya. Pertumbuhan sosial adalah suatu pemahaman tentang bagaimana dia menyayangi pergaulan, bagaimana dia dapat memahami tentang bagaimana watak dan kepribadian seseorang, dan bagaimana cara dia mampu membuat dirinya agar disukai oleh orang lain dalam pergaulannya. Perasaan simpatik kepada orang lain dan bahkan terhadap seseorang atau hal-hal yang paling tidak ia sukai sekalipun merupakan ciri kedewasaan secara sosial. Orang yang dapat berbuat seperti itu dia pasti pandai menguasai keadaan meskipun terhadap orang yang berlaku tidak baik terhadap dirinya meskipun untuk hal yang paling menyakitkan dalam hatinya sekalipun.
4.      Emosi
Kedewasaan seseorang dapat dilihat dari cara seseorang dalam mengendalikan emosi. Jika orang pandai mengendalikan emosinya, maka berarti semua tindakan yang dilakukannya bukan hanya mengandalkan dorongan nafsu, melainkan dia telah menggunakan akalnya juga.  Orang yang telah menguasai dan mengendalikan emosinya dengan disertai oleh kemampuan mental yang cukup dewwasa, dia pasti dapat mengendalikan dirinya menuju kehidupan yang bahagia dikarenakan selalu bersifat terbuka dalam menghadapi setiap kesulitan dan persoalan hidup, dan dapat merasa puas dan sanggup menerima segala sesuatunya dengan lapang dada.
5.      Pertumbuhan Spiritual dan Moral
Kematang spiritual dan moral bagi seseorang yang mendorong dia untuk mengasihi dan melayani orang lain dengan baik. Oleh sebab itu, pertumbuhan ini harus telah dimulai sejak awal dan dikembangkan untuk doaat menghayato rahmat Allah Swt. Sehingga, dengan demikian orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang pandai menyukuri nikmat-Nya.

REFERENSI
·         Jahja,Yudrik.2011.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Kencana

·         Syah,Muhibbin.2010.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MANUSIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MANUSIA
1.      DEFINISI PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan pertumbuhan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development (McLeod, 1989)
Perkembangan sebagai rentetan perubahan perubahan jasmani dan rohani manusia meuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Adapun perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik (maturation).

2.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
A.    Aliran Nativisme
Nativisme (Nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada dasar. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis”.
Sebagai contoh, jika sepasang orangtua ahli musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.
Ambillah contoh, sepasang suami-istri yang memiliki keistimewaan di bidang politik, tentu anaknya menjadi politikus pula. Namun, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak menunjang, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian, sudah tentu ia tak akan pernah menjadi politisi tetapi petani.

B.     Aliran Empirisisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisisme (empiricism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiricism” (aliran empirisisme Inggris). Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmetalisme” (aliran lingkungan ) dan psikologi bernama “enviromental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Reber, 1988).
Doktrin aliran empirisisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Jika seorang siswa memeroleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orangtuanya pemusik sejati.

C.    Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Untuk lebih konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh lagi. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup di lingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara dan tinggal bersama hewan, maka bakat berdiri yang ia miliki secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok srigala, tentu ia akan berjalan di atas kedua kaki dan tangannya. Dia akan merangkak seperti srigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkungan atau pengalaman tidak mengembangkannya.

D.    Ajaran Islam
Salisu Shehu (1999) menyatakan bahwa bukan hanya faktor hereditas dan faktor lingkungan yang penting dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Dalam perspektif Islam penting diingat, bahwa faktor ketentuan Allah merupakan hal yang juga mempengaruhi proses perkembangan dan pertumbuhan. Dengan demikian, dalam Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan meliputi faktor hereditas, faktor lingkungan, dan faktor ketentuan Allah. Selain itu, manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, juga dianugerahkan kebebasan berkehendak yang terbatas jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah.
Banyak disebutkan bahwa Allah adalah Maha Pencipta segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu. Dengan demikian, Dia memiliki kontrol penuh atas segalanya dengan kekuatan dan pengaruhNya. Dalam berbagai ayat Al-Qur’an, Dia menyebutkan fakta mendasar yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas persetujuan dan kehendakNya. Dengan kata lain, Dia adalah penyebab utama dan mutlak dari segala yang terjadi. Dalam QS Al-Takwir (81) : 29 yaitu
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# >u šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÒÈ  
Artinya : Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.
Jadi, segala pergantian siang dan malam, musim panas dan musim dingin, musim hujan dan musim kemarau, kehidupan dan kematian, tumbuhya benih, tiupan angin, dan segalanya disebabkan olehNya dan terjadi karena izin dan kehendakNya.
Namun dalam mengatur hal ini, Allah menciptakan hukum sebab dan akibat yang bersifat fana. Dia mengatur dan mengarahkan alam semesta berdasarkan hukum sebab dan akibat. Misalnya, hujan dibuat sebagai salah satu alat penyebaran benih, kelaparan dibuat untuk menjadi penyebab makan (makan sendiri menyebabkan kepuasan, sementara makan makanan yang buruk menyebabkan penyakit). Jadi, dalam eksitensi fenomenal ini, berbagai hal terjadi sebagai penyebab yang lainnya. Namun, seperti yang dinyatakan Al-Qur’an, segala rangkaian kejaian sebab dan akibat ini merupakan bagian dari ketentuan Allah.
Contoh paling mencolok adalah riwayat Nabi Isa a.s Ibn Maryam. Allah membuatnya dapat berbicara dalam buaiannya. Sebagaimana kita ketahui, perkembangan bahasa merupakan bagian integral dari perkembangan kognitif. Dalam situasi normal, anak mulai berbicara pada usia dua tahun sepatah dua patah kata, dan sejalan dengan itu mereka mulai mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataan bahwa Nabi Isa a.s dapat berbicara pada masa buaian menunjukkan kekuatan Allah. Hal ini bukan faktor hereditas, juga bukan produk stimulasi intelektual dari lingkungan. Hal tersebut lebih mengutamakan manifestasi dari kebijaksanaan Tuhan, kekuatanNya yang tidak terbatas, kehendakNya, dan kemampuanNya untuk melakukan segala sesuatu. Al-Qur’an menceritakan kejadian ini dalam beberapa ayat seperti dalam QS. Ali-Imran (3):46 dan QS. Maryam (19):27-35.
Dalam hadits yang diriwayatkan berbagai ahli hadits, termasuk Bukhari, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa keajaiban ajaib ini tidak hanya terjadi pada kasus Nabi Isa a.s saja. Dia mengatakan bahwa hal ini dapat terjadi pada orang lain, yang dapat berbicara dalam buaian.

Dalam analisis ini dapat dilihat bahwa Islam mengakui pentingnya dua faktor yang secara fundamental mempengaruhi perkembangan, yakni faktor herediter dan lingkungan. Banyak bukti tertulis dari Al-Qur’an dan Hadits menunjukkan pengaruh herediter dan kekuatan lingkungan pada keseluruhan perkembangan individu. Namun, perlu ditekankan bahwa pengaruh herediter dan lingkungan pada perkembangan seseorang merupakan hal yang ditentukan oleh kehendak Allah. Oleh karena itu, herediter dan kekuatan lingkungan merupakan medium dimana Allah menunjukkan kehendakNya pada pertumbuhan dan perkembangan manusia secara keseluruhan.