Menurut para ahli, perkembangan ialah
proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ
jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri.
Aspek-aspek Psiko-Fisik perkembangan
peserta didik diantaranya:
a.
Aspek
Jasmani dan Intelegensi
Perkembangan motor atau jasmani (fisik), yakni
proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam
keterampilan fisik anak (motor skill). Dalam psikologi, kata motor digunakan
sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yanng
melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan
sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Secara singkat, motor dapat pula
dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan
stimulasi/rangsangan terhadao kegiatan organ-organ fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang
lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan
terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21
atau 22 tahun.
Ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan
perkembangan motor skill anak yang juga memungkinkan campur tangan orangtua dan
guru dalam mengarahkannya, yaitu:
1. Pertumbuhan
dan perkembangan sistem syaraf
Sistem
syaraf adalah organ halus dalam tubuh
yang terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang
berpusat di central nervous system, yakni pusat sistem jaringan syaraf yang ada
di otak (Reber,1988).
Pertumbuhan
syaraf dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak
meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik
perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan
beraneka ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya, namun organ sistem
syaraf apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.
2. Pertumbuhan
otot-otot
Otot
adalah sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit
atau kesatuan sel yang memilki daya mengkerut. Peningkatkan tonus (tegangan otot) anak dapat
menimbulkan perubahan dan peningkatkan aneka ragam kemampuan dan kekuatan
jasmaninya. Perubahan ini tampak jelas pada anak yang sehat dari tahun ke tahun
dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang
bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat
kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
3. Perkembangan
dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin
Kelenjar
adalah tubuh yang menghasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar dalam tubuh yang memproduksi hormon yang
disalurkan ke seluruh bagian tubuh yang memproduksi hormon yang disalurkan ke
seluruh bagian dalam tubuh melalui aliran darah. Perubahan fungsi
kelenjar-kelenjar endoktrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan
tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa
seringnya melakukan kerjasama dalam belajar atau berolahraga, berubahnya gaya
dandanan/penampilan dan lain-lain perubahan pola perilaku yang bermaksud
menarik perhatian lawan jenis.
4. Perubahan
struktur jasmani
Semakin
meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi (perbandingan
bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skill anak. Kecepatan berlari, kecekatan bergerak,
kecermatan menyalin pelajaran, keindahan melukis, dan sebagainya akan terus
meningkat seiring dengan proses penyempurnaan struktur jasmani siswa.
Perkembangan fisik siswa lebih signifikansi daripada usia kronologisnya
sendiri. Timbulnya kesadaran seorang siswa yang berbadan terlalu besar dan
tinggi atau terlalu kecil dan rendah jika dibandingkan dengan teman-teman
sekelasnya mungkin sekali akan mempengaruhi pola sikap dan perilakunya baik
ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas.
Intelegensi
menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) merumuskan intelegensi
sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi
ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli
mempunyai pengertian yang beragam.
Menurut J.P.Guilford,
bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang
bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau
kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas
adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk
memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.
Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari
banyak faktor khusus.
Perkembangan
intelegensi Menurut John dan Conrad :
·
Laju perkembangan intelegensi
berlangsung sangat pesat sampai masa remaja awal, setelah itu kepesatannya
langsung menurun.
·
Puncak perkembangan pada umumnya dicapai
dipenghujung masa remaja akhir (sekitar usia 20-an), selanjutnya
perubahan-perubahan masa tipis berlangsung sampai dengan usia 50 tahun. Setelah
itu terjadi plateau (mapan) sampai usia 60 tahun untuk selanjutnya
berangsur-angsur turun (deklinasi).
·
Terdapat variasi dalam waktu dan laju
kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan tertentu.
b.
Aspek
emosi dan bahasa
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi
tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar (learning).
Emosi positif seperti perasaam senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin
tahu (curiosity) yang tinggi akan mempengaruhi inidividu untuk mengosentrasikan
dirinya terhadap akitivas bekerja, seperti memerhatikan penjelasan guru,
membaca buku, aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, dan
disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar
itu emosi yang negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah,
maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak
dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia
akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Perkembangan Bahasa
yaitu bentuk komunikasi manusia yang paling sempurna daripada binatang, karena
manusia dapat melakukannya melalui berbagai sarana dan prasarana yang ada. Tiap
individu dituntut untuk memiliki kemampuan menyatakan atau mengekspresikan
pikirannya dan menangkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga
komunikasi menjadi efektif. Anak-anak lebih dapat mengerti apa yang dikatakan
orang lain daripada mengutarakan pikiran dan perasaan mereka dengan kata-kata.
Pada masa ini anak-anak sudah dapat membedakan
berbagai benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara
benda-benda tersebut. Disamping itu, penguasaan kosa kata anak juga meningkat
pesat. Anak mengucap kalimat yang makin panjang dan bagus, menunjukkan panjang
pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat
majemuk.
Sampai pada masa akhir
anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak
meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat bertambah kompleks.
Dari berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan, pembicaran dengan
anak-anak lain, serta melalui radio dan televisi, anak-anak menambah
perbendaharaan kosa kata yang ia pergunakan dalam percakapan dan tulisan.
Disamping peningkatan
dalam jumlah perbendaharaan kata, perkembangan bahasa anak usia sekolah juga
terlihat dalam cara anak berpikir tentang kata-kata. Peningkatan kemampuan anak
sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata, menolong mereka dalam memahami
kata-kata yang tidak berkaitan langsung
dengan pengalaman-pengalaman pribadinya. Peningkatan kemampuan analitis
terhadap kata-kata juga disertai dengan kemajuan dalam tata bahasa. Anak usia 6
tahun sudah menguasai hampir semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6-9 atau
10 tahun, panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara
bertahap anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta
dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat
Semakin matang
organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara seperti alat bicara dan
pertumbuhan/perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan kemauan,
pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasa. Hal itu tidak lepas ari
pengaruh lingkungan, terutama orang tua atau keluarga. Anak yang selalu
mendapat motivasi positif akan terpacu untuk mengembangkan potensi bicaranya.
c.
Aspek
Kepribadian dan Sosial
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan
suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan
psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia
harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa.
Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang
bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia
sekitar 5-6 tahun (dalamA.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal:
1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap
genetal: 12-18 tahun, (6) tahapdewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah
baya dan usia senja (A.Supratika, Op Cit, hal. 56).
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik
Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi.
Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir
hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena
Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori
Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih
realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori
yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama,
karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan
dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia.
Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap
perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah
menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian
klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan
dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya
Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku
manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami
persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan
kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak,
dewasa, maupun lansia.
Syamsu Yusuf (2007)
menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
kerja sama.
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). ada masa
remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut
sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”,
yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Selama masa
dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu
memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang
dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan
tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan
dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan
diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut
Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai
dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.
d.
Aspek
Moral dan Keagamaan
Perkembangan moral adalah perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain ( Santrock,1995).
Teori Kohlberg tentang perkembangan moral merupakan
perluas, modifikasi, dan redefeni atas teori Piaget. Menurut Kohlberg
perkembangan moral manusia itu terjadi dalam tiga tingkatan besar, yakni:
1. Tingkat
moralitas prakonvesional, yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan
moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
2. Tingkat
moralitas konvesional, yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase
perkembangan yuwana (usia 10-13 tahun) yang sudah menganggap moral sebagai
kesepakatan tradisi sosial.
3. Tingkat
moralitas pascakonvesional, yaitu ketika manusia telah memasuki fase
perkembangan yuwana dan pascayuwana (usia 13 tahun ke atas) yang memandang
moral lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial.
Salah
satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT, adalah dia dianugerahi fitrah
(perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dalam
kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama), karena
memiliki fitrah ini kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Devinans”, dan
“Homo Religious”, yaitu makhluk yang bertaruh atau beragama.
Pada
masa ini, perkembangan penghayatan keagamaanya di tandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Sikap
keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
2. Pandangan
dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah logika yang
berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungannya.
3. Penghayatan
secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya
sebagai keharusan moral.
Berkaitan dengan pendidikan dan
penanaman akhlak pada anak, Rasulullah SAW bersabda “Didiklah Anak – Anak
Kalian, Sesungguhnya Mereka Diciptakan Menjadi Generasi Yang Berbeda Dengan
Generasi Zaman Kalian” (HR Tirmidzi).
Ruang lingkup dan cakupan pendidikan
agama islam untuk anak diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang cermat dalam
memilih materi dan strategi pendekatan yang tepat. Hal ini didasarkan kepada
pertimbangan bahwa tingkat pemahaman anak adalah terbatas. Setidaknya terdapat
dua kelompok besar bidang pengembangan dalam pendidikan agama islam untuk anak,
yaitu bidang pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan moral dan
nilai – nilai agama.
No comments:
Post a Comment